Nama :Halima Aulia Ita Maghfiroh
Kelas /
No : XI IPA 2 / 18
GEJOG
LESUNG, TRADISI WARGA PALIYAN
Musik
ternyata tidak hanya bisa dihasilkan oleh alat musik umum yang biasa kita lihat
seperti gitar, drum, bass ataupun piano. Para ibu – ibu di Kabupaten Gunungkidul
tepatnya di Dusun Trowono Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan
ternyata menggunakan alat penumbuk padi yaitu lesung dan alu untuk
menciptakan satu irama musik yang khas, seni tradisional ini kemudian diberi
nama Gejog lesung.
Gejog
lesung awalnya muncul dari kerukunan yang dibina sejak berabad-abad secara
turun temurun dari daerah tersebut. Gejog lesung dilaksanakan sebagai ungkapan
syukur atas melimpahnya panen padi. Selain itu, pada zaman dulu belum ada mesin
penggiling padi, maka jika ada orang yang punya hajat memerlukan beberapa orang
untuk mengubah gabah/padi menjadi beras. Dari situlah masyarakat membuat alat
yang bentuknya seperti perahu yang terbuat dari kayu yang berukuran sebesar
pohon utuh. Kemudian dilubangi tengahnya persis seperti perahu nelayan. Lesung
tersebut digunakan untuk menguliti gabah menjadi beras dengan dibantu alat yang
namanya alu atau antan. Yang disebut nutu atau ndeplok adalah menumbuk padi
dengan antan. Biasanya acara gotong royong seperti ini sebelum dimulai
dilakukan pemukulan lesung dengan alu bersama beberapa orang sehingga
menimbulkan irama yang sangat khas bunyinya namun indah di telinga, sambil
menunggu teman yang lainnya. Setelah semua datang maka diadakan kenduri adat
mereka untuk memohon berkah kepada Tuhan agar dalam punya hajat diberikan
keselamatan oleh Tuhan yang dipimpin oleh sesepuh dusun tersebut. Selesai
kenduri, mereka langsung menumbuk padi yang sudah dimasukkan ke dalam lesung
terebut. Setelah ditumbuk menjadi beras maka ada petugas yang mengumpulkan
beras tersebut, kemudian ditampi oleh petugas penampi beras dengan menggunakan tampah.
Kemudian lesung diisi dengan gabah lagi, begitu seterusnya. Rata-rata orang terlibat dalam acara ini adalah
para ibu-ibu. Di saat tertentu ada waktu dipakai untuk memainkan musik dari
kotekan lesung tersebut yang iramanya diatur oleh ketua kotekan tersebut.
Pimpinan itu mengatur anak buahnya agar menghasilkan nada yang berbeda dari
berbagai sudut lesung yang dipukul dengan alu tersebut. Di antara mereka ada
yang bernyanyi berlenggak lenggok sambil menari dan membawa tambir
(tempat nasi yang berbentuk bulat ), biasanya lagu – lagu yang dibawakan adalah
lagu – lagu tradisional seperti lumbung pari , gundul – gundul pacul, dan
lain-lain.
Nilai budi pekerti yang dapat
diambil dari budaya gejog lesung ini adalah bersyukur atas anugerah Tuhan,
kerukunan dalam kehidupan bertetangga, saling bahu membahu, bergotong royong
dengan rasa ikhlas tanpa imbalan, bertanggung jawab.
Sumber: